Destinasi Wisata Langka




 KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya,Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas dengan judul Destinasi Wisata Langka.Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Kepariwisataan dan kebudayaan yang belum terjama atau terekspos sebagai wisata budaya yang seringkali luput dari pengamatan kita sebagai masyarakat Indonesia. Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.             Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa kita juga harus mengetahui adat dan kebudayaan khususnya dalam pariwisata indonesia dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, karena kita adalah bagian dari keluarga besar Indonesia tercinta. 
          
                             Garut 23 juli, 2019            




Penyusun 



 DAFTAR ISI 

KATAPENGANTAR..................................................................i DAFTARISI.............................................................................. ii  BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah................................................. 1 B. Identifikasi Masalah...................................................... 2 C. PembatasanMasalah...................................................... 2 D. PerumusanMasalah....................................................... 2 E. Tujuan................................................................................ 2   BAB II PEMBAHASAN
1. Pentingnya PengenalanSektorPariwisata................ 3 2. Kedudukan wisata budaya diindonesia................... 4 3. pengembangan dan Pengenalan wisata budaya... 5 4. Pembangunan dan Nilai Budaya............................... 7 5. Pariwisata Budaya......................................................... 8 6.Peluang Alternatif lewat menghormati Keragaman       dan Komunitas Budaya 9 
 BAB III PENUTUP 
A. Kesimpulan................................................................... 10 B. Saran............................................................................... 11 


 BAB I 
 PENDAHULUAN

 A.  Latar Belakang Masalah 
Selain memiliki daya tarik wisata yang menarik adapun beberapa permasalahan yang terdapat di objek wisata Curug batu nyusun dilihat dari 2 (dua) komponen yaitu, sediaan pariwisata (supply) terdiri dari, belum memiliki aksesibilitas yang memadai, minimnya daya tarik atraksi wisata dan belum memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan wisata tersebut Objek wisata Curug batu nyusun merupakan salah satu objek wisata yang belum ada pengembangan khusus oleh pemerintah setempat maupun swasta, sehingga masih banyak permasalahan yang dapat menghambat perkembangan objek dan daya tarik wisata Curug batu nyusun, beberapa permasalahan yang ada di objek wisata Curug batu nyusun yaitu : 1. Belum optimalnya pengembangan objek daya tarik wisata Curug batu nyusun diantaranya yaitu : 
 Daya tarik wisata hanya keindahan alam Curug batu nyusun, tidak ada komponen lainnya yang dapat menarik pengunjung lebih banyak lagi Seperti,spot photo,papan sejarah,cagar tanaman dll
 Aksesibilitas yang masih sulit dijangkau oleh wisatawan, dikarenakan jalan menuju objek wisata curug batu nyusun masih relatif berbahaya karena masih berbatu dan tanah sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. 
 Sarana yang masih minim seperti belum adanya sarana kesehatan, keamanan, peribadatan.
 Tidak adanya prasarana yang memadai seperti toilet yang kurang bersih, belum memadainya prasarana telekomunikasi, listrik, air bersih dan persampahan.
 Akomodasi yang belum memadai yaitu tidak adanya lokasi perbelanjaan/toko souvenir untuk wisatawan, tidak adanya penginapan dan masih minim rumah makan/restauran 
 Kelembagaan yang belum optimal karena belum adanya penanganan khusus antara pemerintah Kabupaten Garut dan pihak swasta/investor 2. Belum dikembangkannya kegiatan wisata yang mendukung kondisi lingkungan seperti wisata outbond, berkemah, agrowisata. 

 B. Identifikasi Masalah 
Melihat semua hal yang melatar belakangi Kebudayaan pariwisata maka, kami menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada : -  Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada lingkungan kebudayaan. Sehingga kurangya pengetahuan masyarakat tentang kepariwisataan lingkungan budaya.

 C.  Pembatasan Masalah 
Karena cangkupan kebudayaan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek kehidupan, maka kami hanya membataskan penelitian hanya dari segi  Unsur dan aspek Kebudayaan dan kepariwisataan dari masyarakat Garut. Serta perkembangnnya sampai dengan sekarag ini.

 D. Perumusan Masalah 
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut: ”Bagaimana dengan diterapkannya Wisata budaya Langka Berwawasan Lingkungan Budaya serta Perkembangannya sekarang ini?” 

E.  Tujuan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini, yaitu untuk memberikan informasi mengenai Perkembangan pariwisata berwawasan lingkungan budaya yang meliputi beberapa aspek-aspek dalam meningkatkan kepariwisataan indonesia yang mendorong pengembangan sektor-sektor lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 

 BAB II 
 PEMBAHASAN PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA LANGKA BERWAWASAN LINGKUNGAN 

 1.Pentingnya Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam kehidupan masyarakat modern, rekreasi merupakan kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dihilangkan lagi. Hal ini berkaitan erat dengan kesibukan hidup sehari-hari yang pada akhirnya membutuhkan penyeimbang berupa kesantaian dan refresing. Kebutuhan akan kesantaian dan refresing ini perlu mendapat jawaban berupa bisnis rekreasi dan hiburan. Dalam hal ini sektor pariwisatalah yang berkepentingan. Dari sisi lain, pengembangan sektor pariwisata mampu mendorong pengembangan sektor-sektor lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Pengembangan kawasan pantai misalnya,akan mendorong pengembangan bidang transportasi baik berupa perbaikan jalan maupun route angkutan kendaraan umum. Perbaikan sarana jalan dan angkutan kendaraan umum mengakibatkan daerah di sekitarnya terbebas dari isolasi, yang pada akhirnya membawa pengaruh pada dinamika kehidupan penduduknya. Di samping itu, pengembangan sektor pariwisata membuka peluang bagi penduduk sekitarnya untuk meningkatkan taraf perekonomian melalui bisnis rumah makan maupun penginapan. Dalam skala yang lebih besar, kesejahteraan dunia membawa pengaruh pada orang-orang dari berbagai penjuru dunia untuk mengenal kebudayaan dari negara lain. Salahsatu caranya adalah dengan mengadakan perjalanan wisata. Keingintahuan ini menghasilkan keuntungan ekonimis berupa masuknya devisa pada keungan negara. Pada akhirnya, bisnis pariwisata memberikan keuntungan yang cukup besar dari berlapis bagi bangsa dan masyarakat. Melihat sejumlah indikator di atas, pengembangan sektor pariwisata tampaknya menjadi sesuatu yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Karena jika sektor ini tidak mendapat perhatian khusus, mata rantai pencarian nafkat mulai dari para tukang becak, pemandu wisata, pengelola perjalanan wisata, sampai keuangan negara akan terpengaruh. Sebaliknya jika sektor ini pendapat perhatian khusus dan pada akhirnya sektor ini menjadi maju, banyak pihak yang diuntungkan.
  2.  Kedudukan Lingkungan Budaya dalam Pariwisata Pengembangan pariwisata meliputi berbagai bidang. Di antaranya adalah pengembangan wisata alam (pantai, gunung, gua) dan pengembangan wisata budaya (upacara tradisional, pakaian tradisional, tari). Kedua bidang tersebut sama-sama memiliki daya tarik khusus bagi para wisatawan. Namun, jika kita mau mencoba mencermati kecenderungan para wisatawan khususnya wisatawan mancanegara, bidang yang menjadi daya tarik utama adalah bidang kebudayaan. Pariwisata alam tampaknya hanya menjadi “tempat beristirahat” bagi para wisatawan. Ketertarikan wisatawan pada bidang budaya dapat diketahui dari berbagai indikator. Pertama, banyaknya wisatawan yang mengunjungi Kraton Yogyakarta. Keingintahuan wisatawan terhadap Kraton Yogyakarta dilandasi oleh keingintahuan akan pusat kebudayaan Jawa. Kedua, banyaknya wisatawan yang tertarik membeli benda-benda tradisional khas. Ketiga, banyaknya wisatawan yang tertarik mempelajari budaya khas seperti menari dan membatik. Keempat, banyaknya wisatawan yang tertarik dengan keramahtamahan kita dalam menanggapi mereka. Dalam jangka panjang, bidang kebudayaan tampaknya akan lebih mendominasi motivasi wisatawan. Hal ini berkaitan erat dengan semakin langkanya nuansa tradisional di negara-negara maju.Karena kelangkaan tersebut, banyak orang ingin mengetahui bentuk-bentuk budaya asli nenek moyang mereka. Jika sektor pariwisata budaya ini benar-benar dikelola oleh pemerintah, Yogyakarta akan mampu bersaing dengan negara-negara lain yang maju dan mempunyai komitmen untuk mengembangkan priwisata budaya seperti Korea dan Jepang. Namun, jika sektor ini justru tidak terperhatikan, dan fokus pengembangan hanya pada pariwisata alam, lama kelamaan para wisatawan akan bosan karena pada dasarnya pariwisata alam bersifat statis dan sekali datang. Namun demikian, jika pengembangan pariwisata budaya ini dikembangkan dengan sembarangan, pengembangan pariwisata ini bisa menjadi bumerang atas kebudayaan itu sendiri. Eksploitasi besar-besaran terhadap pariwisata budaya akan mengakibatkan budaya tersebut kehilangan kualitasnya. Akibatnya, kebudayaan hanya sekedar simbol-simbol mati, tanpa makna.Pembisnisan budaya yang berlebihan juga akan mengaburkan hakikat dari kebudayaan itu sendiri. Pada akhirnya, kebudayaan tercabut dari asal-usulnya, yaitu masyarakat. Pada sektor lain, pengembangan kebudayaan yang hanya diorientasikan pada pariwisata juga akan mengakibatkan para pelakunya terlalu “bisnis oriented”.  Bisnis oriented dalam bidang budaya atau komersialisasi budaya  sebenarnya merupakan efek samping terjadinya transformasi budaya dalam proses pembangunan suatu negara. Menurut Suyatno Kartodirdjo (1992:145), ada empat masalah yang timbul sebagai akibat tranformasi budaya, yaitu masalah ketahanan budaya dan konflik nilai, masalah komersialisasi budaya, masalah materialisme dan konsumerisme, dan masalah konflik sosial. Akibatnya, motivasi utamanya bukan lagi menunjukkan keluhuran budaya yang dimilikinya melainkan pada pertimbangan bisnis semata. Jika hal itu terjadi, kebudayaan bisa dimanipulasi demi kepentingan bisnis. Bahkan jika tidak diperhatikan secara sungguh-sungguh hal itu akan mengakibatkan munculnya budaya baru yang tidak berakar pada kepribadian dan identitas bangsa. Transoformasi yang tidak berakar pada kedua hal tersebut akan menghasilkan budaya modern yang pada gilirannya akan menelan jenis budaya-budaya (tradisional) yang mempunyai nilai-nilai pencerminan kepribadian bangsa dan identitas bangsa (Kartodirdjo, 1992:146). Dalam hubungannya dengan transformasi kebudayaan sebagai akibat pengembangan sektor pariwisata, ada baiknya disimak pendapat dari Sutan Takdir Alisahbana(Rahmanto, 1992:141). Beliau mengatakan bahwa transformasi budaya yang disebabkan oleh penerapan teknologi maju yang terlepas dari perspektif budaya bangsa akan mengakibatkan manusia dikuasai teknologi, dan bukan sebaliknya.
  3. Solusi Pengembangan Pariwisata Berwawasan Lingkungan Permasalahan pokok yang kiranya perlu dicari jalan keluarnya adalah bagaimana kita mampu mengembangkan pariwisata yang berwawasan lingkungan budaya. Dalam hal ini ada beberapa hal yang sekiranya dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan kebudayaan. Pertama, pembangunan fisik yang memperhatikan kekhasan Kota Garut. Sebagai bagian dari kebudayaan Jawa, masyarakat Garut mengenal berbagai bentuk bangunan fisik. Dalam rangka menciptakan lingkungan budaya, fasilitas-fasilitas penunjang pariwisata seperti rumah makan, dan rumah penduduk sebaiknya mencerminkan bentuk bangunan khas Garut. Kedua, menghidupkan wisata budaya tradisional. Wisata tradisional yang dimaksudkan di sini adalah penyajian berbagai bentuk kebudayaan  tradisional kepada para wisatawan. Bentuk-bentuk kebudayaan tradisional yang dimaksudkan antara lain pembuatan peeut yang masih tradisional,pembuatan kue bapel,gula aren dll. Bentuk-bentuk kebudayaan ini sebenarnya memiliki daya tarik tinggi tetapi karena jarang dipertunjukkan secara rutin, para wisatawan kadang-kadang kesulitan menyaksikannya. Ketiga, memberikan pendidikan budaya pada generasi muda. Sumber kemerosotan budaya  sebenarnya bermula dari ketidaktahuan masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kebudayaan bagi kelangsungan hidup sektor pariwisata. Akibat ketidaktahuan ini, banyak generasi muda justru mengikuti kebudayaan asing daripada memelihara kebudayaan sendiri. Sehingga, ketika mereka berhadapan dengan para wisatawan, yang dikedepankan adalah sikap dan perilaku yang meniru mereka, seperti berbicara dengan bahasa asing, berpakaian dengan gaya asing, dan bahkan berperilaku yang tidak sesuai dengan kebudayaan sendiri. Slamet Sutrisna ( 1992:147) mengatakan bahwa perubahan kebudayaan tidak hanya melibatkan sistem normatif tetapi juga melibatkan sistem kognitif. Dalam hubungannya dengam masyarakat Indonesia yang sedang membangun, budaya keilmuan harus dikembangkan sebagaimana mestinya. Dengan demikian, pengembangan dan pelestarian lingkungan budaya perlu dihubungkan dengan proses pendidikan bagi generasi penerusnya.   4. Pembangunan dan nilai budaya Persoalan kompleks disekitar pembangunan bangsa dapat kita pahami bersama yaitu persoalan daya guna, keadilan, dan kesejahteraan yang belum merata. Ada kelemahan yang mewarnai konsep pembangunan yang menekankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan konsep tricking down effect (Tjatra, 2004), dan muncullah berbagai konsep pembangunan alternatif, seperti ecodevelopment dan sustainable development. Pendekatan ekologi – ecodevelopment memandang keberlanjutan pembangunan dari sudut sejarah kebudayaan masyarakat tertentu, keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat biasa, ethno-ecology, dan keadaan alam yang mewarnai ecosistem setempat dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang tinggal dalam lingkungannnya. Budaya modern membedakan dan menyepakati berbagai hubungan politik,ekonomi, budaya antara saat ini dan masa depan (Tian Feng, 1999), untung dan rugi lewat perubahan hari ini dan besok dari strategi berlawanan. Oleh sebab itu, uji coba penting saat ini adalah, memberikan masyarakat mempelajari dan menganalisa “modern dan tradisional”, “seni dan teknologi”, “jiwa dan tubuh”, “materi dan ruh”, dari sisi positif dan negatif sains dan teknologi modern. Karena lewat jalan berlawanan kita akan melihat dengan jelas keindahan dan keburukan, kebaikan dan kejelekan, tinggi dan rendah, puas dan serakah, jauh dan dekat, untung dan rugi, dan lain-lain, untuk mengetahui segalanya. Manifesto kebudayaan pluralistik juga merupakan salah satu dari kebudayaan tradisional, demikian juga manifesto ekonomi dan politik pluralistik. Dengan demikian persentuhan antar budaya tidak saja melampaui batas-batas geografis, tetapi juga bersilangan dalam dimensi waktu – bergerak kemasa lampau dan masa depan.
  5.  Pariwisata Budaya di Des.pangrumasan Ada pula pariwisata budaya langka yang mesti diketahui antara lain : 
A. Curug batu nyusun


 Curug batu nyusun yang berelokasi di desa.pangrumasan,kec.peundeuy,garut selatan singajaya ini,memiliki daya tarik tersendiri seperti bebatuan yang tersusun rapih,alam yang masih sejuk,air terjun yang cukup jernih menjadi salah satu rekomendasi wisata yang wajib di kembangkan.

B. Curug Ele



 Adalah curug yang tidak jauh dari pemukiman warga,yang memiliki keunikan tersendiri seperti pohon yang tumbang menyilang dan memiliki batang menyerupai kaki ayam.

C.  Curug Koncrang




Adalah curug yang sangat indah akan tetapi jalan yang begitu curam mengakibatkan curug sangat sulit ter akses oleh wisatawan.
  6.  Peluang alternatif lewat menghormati keragaman dan komunitas budaya. Secara umum, tradisi-tradisi budaya di Indonesia mengutamakan keselarasan hubungan-hubungan orang-perorang dalam masyarakat yang dilandasi prinsip-prinsip rukun dan hormat (Soehardi, 2001:3-26). Artikulasi keselarasan itu berbeda dari masyarakat suku bangsa satu dengan lainnya, tetapi prinsip-prinsip kerukunan yang diwujudka dalam aktivitas gotong-royong dapat dijumpai di semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Perjalanan perkembangan suatu kebudayaan dan masyarakat dalam sejarahnya tidak pernah tertutup dari persinggungan budaya-budaya lain. Dimana kontak-kontak budaya regional, atau antar benua sudah berlangsung dari zaman awal sejarah samapi sekarang (melalui perkembangan komunikasi global seolah-olah antar budaya kini menjadi tanpa batas). Kalau dilihat dari teori evolusi, maka perubahan-perubahan yang terjadi tersebut dapat dipandang sebgai suatu „progress‟ yang sejalan dengan proses evolusi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Dengan demikian proses perubahan semacam ini dapat dialami hampir semuan bangsa-bangsa di dunia, termasuk suku-suku bangsa di Indonesia : Jawa, Bali, Sunda, Minang, Batak, dan yang lainnya.  Kontak masyarakat Garut dengan budaya luar bukan sesuatu hal baru, karena telah terjadi ribuan tahun yang lalu. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai „pengaruh luar‟dalam Dewa Atmaja (2002), “bahwa dari kenyataan keanekaragaman suku bangsa, adat istiadat dan budaya di Indonesia yang penting bukan masing-masing suku, bahasa, atau budayanya, akan tetapi keseluruhan suku bangsa, adat-istiadat, budaya,

 BAB III 
 PENUTUP

 A.     Kesimpulan
Gagasan tentang warisan cultural dipandang sebagai aspek penting yang harus dilindungi dalam rangka mencari identitas nasional dilandasi oleh hasrat sederhana untuk mengabdikan kegemilangan masa silam. Sebagaimana disebutkan di muka, pluraristik (keragaman) budaya khususnya seni pertunjukkan yang dimilikinya dapat sebagai sumber daya dalam pembangunan pariwisata berwawasan budaya. Selama ini berbagai paguyuban etnis Nusantara yang terdapat di Garut khususnya Di Desa pangrumasan memiliki potensi budaya asalnya namun keberadaannya antara hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat belum bisa dirasakan, sehingga keragaman budaya khususnya kuliner tradisional dan berbagai Curug belum terjamah dan dimanfaatkan secara maksimal dalam mendukung pembangunan pariwisata berwawasan budaya. Dengan demikian perlu adanya interaksi dan dialog-dialog yang intensif antara etnis pariwisata nusantara dengan lembaga formal khususnya pemerintah daerah dan organisasi-organisasi sosial lainnya.
 B.   Saran 
Solusi yang sekiranya baik adalah, sambil mengembangkan sektor pariwisata, kita juga turut serta melestarikan lingkungan budaya kita. Sambil melestarikan kebudayaan kita, kita mengemas pelestarian tersebut dengan berorientasi pada pariwisata. Jika hal itu dapat teruwujud, semaju apapun negara kita, kebudayaan tradisional akan tetap terpelihara tanpa mengabaikan pengembangan pariwisata. 

      DAFTAR PUSTAKA

http://yakinchanel.blogspot.com/2016/08/makalah-tentang-pariwisata.html?m=1 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/47207/4/04.%2520BAB%2520I.pdf&ved=2ahUKEwiqkuq-ksrjAhWbbisKHTSMC2IQFjACegQIAxAB&usg=AOvVaw00eo953nlzwKN_e-Qm1FjU